Hujan dikala senja menanti
Menghibur diri dengan secangkir kopi
Menunggu datangnya hari
Hati terasa sangat berisik dengan suara2 tanpa sebuah bunyi
Terlalu berisik hingga hanya terdengar suara hati
Suara secuil kapas terjatuh pun sangat nyaring sekali
Betapa ramainya hati ini
Dikala senja menanti
Hujan turun silih berganti
Dari langit jatuh ke bumi
Menggetarkan tanah yg membasahi
Lautan emosi terkumpul riuh diatas kepala ini
Dikala senja menanti
Terlalu lama hati ini mati
Ditinggal pergi
Meninggalkan janji
Tanpa jejak kaki
Bahkan tanpa permisi
Mengubur dalam2 semua harapan yg sudah disusun rapi
Melanggar janji merupakan dosa yg tak terampuni
Maka kini aku wujudkan itu sendiri
Pupus sudah jiwa dan hati kini
Bukan karena terhalang oleh restu ilahi
Bukan karena takdir dari ilahi
Tadir bisa diubah dengan kemauan diri
Yg salah adalah diri sendiri
Dikala senja menanti
Kau ambil saja rasa ini
Rasa yg Kau titipkan ini
Rasa itu sudah lama pergi
Semua cukup sampai disini
Dia telah berbahagia kini
Menemukan sebuah pengganti
Penggantiku kini
Maka aku ingin rasa ini Kau ambil kembali
Aku tak berhak lagi
Aku tak sanggup lagi
Menanggung sebuah rasa yg Kau titipkan yg sudah tak berarti
Jika ini adalah cobaan yg Kau ingin uji
Maka aku sudah memahami
Aku sudah belajar dari sini
Jika cinta memang tak harus memiliki
Tapi abadi
Dalam tempat tersendiri
Jauh didalam hati
Dikala senja menanti
Menurutku masih ada 1 hal lagi dari tahapan terakhir semua peristiwa yg telah terjadi
Yaitu memaafkan dan menerima diri
Mengikhlaskan adalah titik tertinggi mencintai
Kenangan akan sosokmu dan semua ceritamu akan tersimpan kedalam keabadiaan yg tak bisa diceritakan lagi dikemudian hari
Tenanglah abadi didalam hati ini
Aku dan senja

0 Komentar