Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Hallo guys. Senang bisa berjumpa kembali.
Kali ini gue mau cerita tentang pengalaman masa kecil gue yg memalukan saat sekolah di TPQ (Taman Pendidikan Quran).
Perhatian ya guys! Cerita gue kali ini terdapat unsur joroknya, pokoknya sangat jorok sekali. Jika masih pengen tahu dan penasaran silahkan dibaca, apabila tidak kuat membacanya silahkan di close atau angkat tangan aja guys. Dan apabila tidak ingin tahu maka silahkan diabaikan saja cerita ini ya dan tunggu cerita selanjutnya aja.
Perhatian juga guys! Konten berikut juga berisi cerita yang akan membuat ketawa yang sulit terkendali.
Don’t try this at home!!! wkwkwkwkw

Gue berangkat bersama mengendarai sepeda. Banyak sekali suka duka yang dialami. Pernah saat berangkat, tiba-tiba pedal sepeda sebelah kanan lepas, sehingga hanya menggunakan pedal sepeda sebelah kiri saja. Itu capek sekali guys.
Kita kalo berangkat kadang naik sepeda sendiri-sendiri, terkadang boncengan berdua, yang satu didepan mengendarai, yang satunya bagian mendayung sepeda. Ciee syahdu amat.
Kita harus berangkat lebih awal untuk mengumpulkan tugas setiap hari di TPQ. Tugasnya yaitu menulis dan menyalin kembali bacaan yang akan kita baca. Jika datang paling awal, maka bisa mengumpulkan dibagian paling bawah dan nanti saat dipanggil untuk membaca Al-Qur’an dapat giliran paling awal. Hahahaaa. Kok bisa senang? Bukannya kalo paling awal itu gak enak? Hahahaaa. Gue tau isi pikiran lo semua guys.
Begini guys, jika bisa mengumpulkan tugasnya paling awal dan membaca paling awal nantinya saat istirahat bisa lama deh. Soalnya kalo belum dapat giliran membaca Al-Qur-an tidak boleh keluar ruangan dan harus nunggu giliran membaca. Ooowwwww. Heehee.
Bagimana jika mengumpulkannya paling terakhir? Ya itu resiko, mungkin kalo jatah terakhir ya gak dapat jatah istirahat, Hahahaa. Nasib baik deh jika dapat giliran yang terakhir. Hehee.
Oh ya guys, di TPQ terdapat 6 tingkatan. Gue lalui tingkatan keenam-enamnya di TPQ. Gue saat itu bisa dibilang lumayan pintar. Setelah menempuh tingkatan keenam akan dilaksanakan perpisahan atau wisuda akbar. Akan tetapi, saat wisuda gue gak bisa hadir karena gue harus mudik keluar kota. Aduhhhh sayang sekali ya.
Sejak saat itu akhirnya gue gak bisa mengikuti wisuda dan tetap di tingkatan 6 selama setahun lagi karena gue gak ikut wisuda saat itu. Gue akhirnya pasrah melihat teman-teman gue semuanya sudah lulus TPQ dan melanjutkan ke jenjang Madrasah.
Eittss, tunggu dulu. Akhirnya gue sendiri guys. Udah.
Hahaaa.
Sedih banget ya. Gue saat itu merupakan siswa di TPQ ya bisa dibilang paling tua disana. Akhirnya gue selalu jadi imam saat sholat ashar karena gue yang paling besar. Disana kalo sholat asyar selalu berjamaan dan didampingin oleh ustadzahnya. Gue selalu jadi korban untuk jadi imam guys.
Sholat diikuti seluruh adek-adek tingkatan gue. Saat sholat, ustadzah kita selalu membimbing kita semua mengenai tata cara sholat yang benar, bacaan apa yang harus dibaca. Guru kami membimbing kami saat itu dengan sangat sabar menghadapi polah pikir anak kecil.
Di TPQ ternyata ustadzahnya kehabisan materi yang akan diberi kepada gue karena materi semuanya sudah gue lewati. Karena kehabisan materi, akhirnya ustadzah gue mamandu gue untuk mulai membaca Al-Qur’an langsung dan menerapkan tajwidnya. Hanya gue satu-satunya yg langsung membanca Al-Qur’an.

Eitttss, tunggu dulu.
Emang ini siapa aja yang wisuda selain gue? Kok cuma gue sendiri yang wisuda? Kemana yang lainnya?
Eh ternyata yang lain masih di tingkatan kelima. Jadi belum pantas untuk wisuda. Haduhh.
Masak gue harus wisuda akbar sendirian? Kan lucu itu. Apalagi kalo harus khataman Al-Qur’an sendirian, wisuda sendirian, makan sendirian, nonton sendirian, tidur sendirian, malam minggu sendirian, itu mah JOMBLO.
Tadaaaa, akhirnya wisuda akbar ditiadakan karena hanya gue sendiri. Pada akhirnya diputuskan tidak diadakan acara wisuda akbar, kegiatan hanya melakukan acara penyerahan ijazah sebagai tanda kelulusan. Acara penyerahan ijazah diserahkan oleh guru TPQ kepada gue dan disaksikan oleh seluruh adek-adek tingkatan gue di masjid TPQ.
Akhirnya gue melanjutkan ke jenjang pendidikan dari TPQ ke Madrasah. Tapi ada yang special dari gue, gue langsung masuk madrasah kelas 2, lho kenapa langsung masuk kelas 2? Bukannya masuk kelas 1 dulu ya?
Ya namanya juga spesial, Hahaaa. Mungkin karena gue ditahan di TPQ selama 1 tahun mungkin itu juga dianggap kelas 1. Hahaaa.
Saat dimadrasah kelas 2 ternyata gue sekelas dengan teman-teman gue yang tega meninggalkan gue sendirian sewaktu TPQ dulu. Nice to meet you again. Hahaaa.
Kita flash back dulu guys ke cerita saat di TPQ.
Suatu ketika.....(lihat keatas sambil berfikir seperti pendongeng)
Ada sebuah cerita yang sangat lucu ketika gue masih di TPQ. Dulu, saat gue masih pada tingkatan pertama di TPQ, gue pernah bingung cari dimana toilet itu berada. Tapi di masjid itu hanya ada tempat khusus kencing aja, tidak ada tempat untuk buang hajat, hahahaa. Saat itu yang gue butuhkan adalah kloset WC untuk buang air besar.
Gue butuh itu secepatnya, pokoknya emergency maksimal. Hahaaa Akhirnya, gue tahan terus sampai waktunya pulang. Gue tahan agar tidak sampai keluar. Tak lupa gue juga sambil naik sepeda untuk menahannya juga. Tempat duduk sepeda kan bentuknya seperti penyumbat. Hahaaaa
Tapi itu pun kurang efektif untuk menahan lajunya karena sudah sangat kepepet dan gue gak bisa nahan terlalu lama lagi, akhirnya gue keluarkan sedikit biar lega. Hahahaaa, plonggg sedikit deh. Keluarnya saat itu cuma sedikit sih, tapi sialnya seperti nasi sudah menjadi bubur, gue langsung keluarkan aja semuanya saat itu juga deh. Kan nanggung kalo cuma keluar sedikit, pepatah mengatakan "sambil menyelam minum air". Mungkin itu pas dan cucok sekali dengan kondisi saat itu. Hehehee.
Gue saat itu sangat malu sekali. Tapi apalah dayaku. Aku mah apa, heheee. Saat itu untungnya gue masih polos, jadi ya gue anggap biasa saja. Banyak sekali teman-teman saat itu yang mengetahui dan menertawakan gue karena gue “eek dicelana/ ngebrok”, hahahaaaa. Cut cut cut......
Guys, silahkan dilanjut jika penasaran dan ingin dilanjutkan, tetapi jika jorok dan udah gak tertarik, silahkan langsung close browsernya dan langsung matikan laptop atau handphone ya dan simpan di lemari biar aman.
Kejadian itu pun terus berlanjut, dari kejadian itu, gue memiliki akal kalo gue udah gak tahan lagi dan susah cari WC nya juga, ya terpaksa keluarkan saja semuanya. Hehee. Kalo ditahan terus kan tidak baik untuk kesehatan. Hahahahaa. Mau ngeyell. Tapi itu memang benar kok. Coba baca artikel gue berikut:
Baca Juga: Bahaya Menahan Buang Air Besar
Dari kejadian itu, gue jadi punya ide cemerlang yang lain lagi yang gak kalah seru dari “eek dicelana/ ngebrok”, yaitu “pipis dicelana/ ngompol”. Hahaaa.
Ide ini muncul tiba-tiba saja ketika kebelet pipis tetapi sulit cari WC. Akhirnya aktivitas “eek dicelana/ ngebrok” dan “pipis dicelana/ ngompol” berlangsung sampai beberapa tahun. Wowww. Hahahaa.
Dari dua hal tersebut, ketika menginjak remaja sulit untuk dihilangkan, dan butuh perjuangan yang sangat panjang dan lama sekali. Tetapi akhirnya hal itu berakhir juga. Dua hal tersebut akhirnya bisa disembuhkan deh. Heheee.
Jika teringat hal tersebut, bawaannya ingin tertawa terus, geli soalnya, heheee.
Cukup sekian dulu ya guys cerita gue yang memalukan dan menggelikan ini. Pesan gue kali ini yaitu
Segala sesuatu yang buruk bisa diperbaiki jika ada kemauan dari diri sendiri. Tidak usah malu dengan kekuranganmu. Semua punya kekurangan dan semua punya kelebihan.
Kelebihan dan Kekurangan harus disyukuri.
Kuncinya adalah saling memahami.
0 Komentar